
MIKRO BIOLOGI PERTANIAN
“ PERTUMBUHAN MIKROBA “
OLEH :
RIFKI SYADANI
NPM : 102 2015 004


SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
“ STIP “
YYP – MUJAHIDDIN
TOLITOLI
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji serta suyukur kami
panjatkan kepada Allah
SWT karena atas berkat dan rahmat-Nyalah kami
dapatmenyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu,
shalawat serta salam kami curahkan kepada junjunan alam NabiMuhamad
SAW kepada keluarga,
sahabat, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami
ucapkan terimakasih kepada bapak .Ir.Sahirman,.MP selaku dosen pembimbing
yang telah membimbing kami
sehingga tugas ini dapat selesai.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna maka dari itu kritik dan saran yang
sifatnyamembangun sangat kami harapkan.
Kami
berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan rekan –rekan pada umumnya.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR--------------------------------------------------------------- i
DAFTAR
ISI------------------------------------------------------------------------ ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG-------------------------------------------------- iii
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN-------------------------------------------- iii
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
LINGKUNGAN PERTUMBUHAN MIKROBA--------------------- 1
A.
FAKTOR ABIOTIK-------------------------------------------------- 1-5
B. FAKTOR
BIOTIK---------------------------------------------------- 5-7
BAB
III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN--------------------------------------------------------- 8
DAFTAR
PUSTAKA--------------------------------------------------------------- 9
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Mikroba adalah organisme
berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri, fungi dan virus.
Bakteri merupakan mikroba prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x
2-5 μm, berbentuk elips, bola, batang atau spiral. fungi adalah organisme
eukariotik, bersifat heterotrof, dinding selnya mengandung kitin, tidak
berfotosintesis, mensekresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan dan memperoleh
nutrien dengan cara absorpsi. Berdasarkan penampakannya, fungi dikelompokkan ke
dalam kapang (mold), khamir (yeast), dan cendawan (mushroom).
Cendawan merupakan fungi yang berukuran makroskopis, sedangkan kapang dan yeast adalah
fungi yang berukuran mikroskopis. Rata-rata sel kapang berukuran 1-5 x
5-30 μm dan yeast berukuran 1-5 x 1-10 μm. Kapang adalah fungi
multiseluler berfilamen dengan susunan hifa yang menyerupai benang . Yeast merupakan
fungi uniselular. Pada yeast tertentu yang bersifat patogenik
seperti Candida sp., mengalami dua fase (dimorfisme) dalam
siklus hidupnya, yaitu fase yeast (membentuk sel tunggal) dan
fase miselium untuk penetrasi ke jaringan inangnya.
1.2 MAKSUD
DAN TUJUAN
· Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
· Mengetahui kondisi
optimum pertumbuhan mikroba
· Untuk memenuhi tugas
mata kuliah mikrobiologi
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 LINGKUNGAN PERTUMBUHAN
MIKROBA
ktivitas mikroba
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan
dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi
mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan
faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri
dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor
abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
A. FAKTOR ABIOTIK
1. Suhu
a. Suhu pertumbuhan
mikroba
Pertumbuhan mikroba
memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi
suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu
terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling
baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggiuntuk
kehidupan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1.
Psikrofil
kelompok mikroba
yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar 150C.
Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella) termasuk
bakteri psikrofil.
2.
Mesofil
kelompok mikroba pada
umumnya, mempunyai suhu minimum 150C suhu optimum 25-370C
dan suhu maksimum 45-550C. Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air,
umumnya bersifat mesofil, tetapi adajuga yang dapat hidup diatas 50 0C
(termotoleran). Contoh bakteri termotoleran adalah Methylococcus
capsulatus.
3.
Termofil
mikroba yang tahan hidup
pada suhu tinggi. . Contoh bakteri termofil adalah Bacillus,
Clostridium,Sulfolobus, dan bakteri pereduksi
sulfat/sulfur. Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida
jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi
protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi.
Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang
relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu
tinggi. Kelompok ini mempunyai suhu minimum 400C, optimum
pada suhu 55-600C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya
75 0C.
Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30 0C dan mempunyai
suhu pertumbuhan optimum pada 60 0C, dikelompokkan kedalam mikroba
termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu
30 0C, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif.
b. Suhu tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum, akan
memberikan beberapa macam reaksi. Yaitu:
(1) Titik kematian thermal
suhu yang dapat memetikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu.
(2) Waktu
kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh suatu spesies
mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik
kematian
thermal ialah waktu, suhu, kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan
komposisi medium. Contoh waktu kematian thermal (TDT/ thermal death
time) untuk beberapa
jenis bakteri adalah sebagai berikut :
No.
|
Nama mikroba
|
Waktu(menit)
|
Suhu (0C)
|
1.
|
Escherichia coli
|
20-30
|
57
|
2.
|
Staphylococcus aureus
|
19
|
60
|
3.
|
Spora Bacilus subtilis
|
20-50
|
100
|
4.
|
Spora Clostridium botulinum
|
100-330
|
10
|
c. Suhu rendah
Apabila
mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan gangguan
metabolisme. Skibat-akibatnya adalah
(1) Cold shock
penurunan suhu yang tiba-tiba
menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase
logaritmik,
(2) Pembekuan (freezing)
rusaknya sel dengan adanya kristal es di
dalam air intraseluler,
(3) Lyofilisasi
proses pendinginan
dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara bertingkat. Proses ini dapat
digunakan untuk mengawetkan mikroba karena air protoplasma langsung
diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).
2. Kandungan air (pengeringan)
Setiap mikroba memerlukan
kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan
parameter aw(water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat
tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan aw 0,90-0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamirSaccharomyces rouxii. Aspergillus
glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri
umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98,
tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan
kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk
kista.
Tabel berikut ini memuat daftar aw yang diperlukan oleh beberapa jenis bakteri dan jamur :
No.
|
Nilai aw
|
Bakteri
|
Jamur
|
1.
|
1,00
|
Caulobacter Spirillum
|
|
2.
|
0,90
|
Lactobacilus Bacillus
|
Fusarium Mucor
|
3.
|
0,85
|
Staphylococcus
|
Debaromyces
|
4.
|
0,80
|
Penicillium
|
|
5
|
0,75
|
Halobacterium
|
Aspergillus
|
6.
|
0,60
|
Xeromyces
|
3. Tekanan osmose
Tekanan osmose sebenarnya sangat
erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada
larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu
terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya
sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel
mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk
ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi:
1. mikroba osmofil
mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi. Contoh mikroba osmofil
adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil yang mampu tumbuh pada larutan
gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94).
2. mikroba halofil
mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen
yang tinggi. Contoh mikroba halofil bakteri yang termasuk
Archaebacterium, misalnya
Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya
mempunyai
kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan
konsentrasi
Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang
mempunyai
membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein,
sehingga tahan terhadap ion
Natrium
3. mikroba halodurik
kelompok mikroba yang
dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam
tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.
4. Ion-ion dan listrik
a. Kadar ion hidrogen (pH)
Mikroba umumnya menyukai pH
netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin).
Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri
pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap
kemasaman, misalnya Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina
ventriculi.
Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur
umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada
media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila
pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan
pH-nya mikroba dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah
kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil
(neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c)
mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
Contoh pH minimum, optimum, dan maksimum untuk beberapa jenis bakteri
adalah sebagai berikut :
No.
|
Nama mikroba
|
Ph
|
||
Minimum
|
Optimum
|
Maksimum
|
||
1.
|
Escherichia coli
|
4,4
|
6,0-7,0
|
9,0
|
2.
|
Proteus vulgaris
|
4,4
|
6,0-7,0
|
8,4
|
3.
|
Enterobacter baerogenes
|
4,4
|
6,0-7,0
|
9,0
|
4.
|
Pseudomonas aeruginosa
|
5,6
|
6,6-7,0
|
8,0
|
5.
|
Clostridium sporogenes
|
5,0-5,8
|
6,0-7,6
|
8,5-9,0
|
6.
|
Nitrosomonas spp
|
7,0-7,6
|
8,0-8,8
|
9,4
|
7.
|
Nitrobacter spp
|
6,6
|
7,6-8,6
|
10,0
|
8.
|
Thiobacillus Thiooxidans
|
1,0
|
2,0-2,8
|
4,0-6,0
|
9.
|
Lactobacillus acidophilus
|
4,0-4,6
|
5,8-6,6
|
6,8
|
b. Buffer
Untuk menumbuhkan mikroba pada
media memerlukan pH yang konstan, terutama pada mikroba yang dapat
menghasilkan asam. Misalnya Enterobacteriaceae dan beberapa
Pseudomonadaceae. Oleh karenanya ke dalam medium diberi tambahan buffer
untuk menjaga agar pH nya konstan. Buffer merupakan campuran garam mono dan
dibasik, maupun senyawa-senyawa organik amfoter. Sebagai contoh adalah
buffer fosfat anorganik dapat mempertahankan pH diatas 7,2. Cara kerja
buffer adalah garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan garam monobasik akan bereaksi dengan ion OH.
c.Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu,
Au, dan Pb pada kadar rendah dapat bersifat meracun (toksis). Logam berat
mempunyai daya oligodinamik, yaitu daya bunuh logam berat pada kadar
rendah. Selain logam berat, ada ion-ion lain yang dapat
mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat,
klorida, nitrat, dan benzoat. Ion-iontersebut dapat mengurangi pertumbuhan
mikroba tertentu. Oleh karena itu sering digunakan untuk mengawetkan suatu
bahan, misalnya digunakan dalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang
juga mempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat,
dan asam sorbat.
d. Listrik
Listrik dapat mengakibatkan
terjadinya elektrolisis bahan penyusun medium pertumbuhan. Selain itu arus
listrik dapat menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba. Sel mikroba dalam suspensi akan mengalami elektroforesis apabila
dilalui arus listrik. Arus listrik tegangan tinggi yang melalui
suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shock karena tekanan hidrolik
listrik. Kematian mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh oksidasi.
Adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari
elektroda juga menyebabkan kematian mikroba.
e. Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi
molekul-molekul di dalam protoplasma. Cahaya umumnya dapat merusak mikroba
yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai pengaruh
germisida, terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang.
Pengaruh germisida dari sinar bergelombang panjang disebabkan oleh panas yang
ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005-1,0 Ao), sinar ultra violet
(4000-2950 Ao), dan sinar radiasi lain dapat membunuh mikroba. Apabila tingkat
iradiasi yang diterima sel mikroba rendah, maka dapatmenyebabkan terjadinya
mutasi pada mikroba.
f. Tegangan muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan
sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai membran yang elastis.
Seperti telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di dalam sel yang
dilindungi dinding sel, maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding
sel akan mempengaruhi pula permukaan protoplasma. Akibat selanjutnya dapatmempengaruhi
pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti
sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan) seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan muka cairan/larutan.
Umumnya mikroba cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.
g. Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi
metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Umumnya tekanan 1-400 atm tidak
mempengaruhi atau hanya sedikit mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
mikroba. Tekanan hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau
menghentikan pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat
menghambat sintesis RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi
transport membran sel maupun mengurangi aktivitas berbagai macam
enzim.Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2 menyebabkan denaturasi
protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan tinggi
(mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada tekanan
tinggi sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup di laut
dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah
bakteri Spirillum.
h. Getaran
Getaran mekanik dapat merusakkan
dinding sel dan membran sel mikroba. Oleh karena itu getaran mekanik
banyak dipakai untuk memperoleh ekstrak sel mikroba. Isi sel dapat
diperoleh dengan cara menggerus sel-sel dengan menggunakan abrasif
atau dengan cara pembekuan kemudian dicairkan berulang kali. Getaran suara
100-10.000 x/detik juga dapat digunakan untuk memecah sel.
B. FAKTOR BIOTIK
Di alam jarang sekali ditemukan
mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi
dengan jasad-jasad lain. Antar jasad dalam satu populasi atau antar
populasi jasad yang satu dengan yang lain saling berinteraksi.
1. Interaksi dalam satu populasi mikroba
Interaksi antar jasad dalam satu
populasi yang sama ada dua macam, yaitu interaksi positif maupun negatif.
Interaksi positif menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan sebagai
efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secara teoritis
meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga
kooperasi.Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni
atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan
dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang
ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang
meracun. Interaksi negatif disebut juga kompetisi. Sebagai contoh jamur
Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah, dapat menghasilkan asam lemak
dan H2S yang bersifat meracun.
2. Interaksi antar berbagai macam populasi mikroba
Apabila dua populasi yang berbeda
berasosiasi, maka akan timbul berbagai macam interaksi. Interaksi tersebut
menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun tidak ada pengaruh antar
populasi mikroba yang satu dengan yang lain. Nama masing-masing interaksi
adalah sebagai berikut:
No.
|
Nama Interaksi
|
Pengaruh Interaksi
|
|
Interaksi A
|
Interaksi B
|
||
1.
|
Netralisme
|
0
|
0
|
2.
|
Komensalisme
|
0
|
+
|
3.
|
Sinergisme
(protokooperasi)
|
+
|
+
|
4.
|
Mutualisme
(simbiosis)
|
+
|
+
|
5.
|
Kompetisi
|
-
|
-
|
6.
|
Kompetisi
|
+
|
-
|
7.
|
Predasi
|
+
|
-
|
8.
|
Parasitisme
|
+
|
-
|
Keterangan: 0: tidak berpengaruh,
+: pengaruh positif, -: pengaruh negatif
a. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara
dua populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada
kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam
mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai
contoh interaksi antara mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan
mikrobaautochthonous (indigenous), dan antar mikroba nonindigenous di atmosfer
yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi
pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau
fase istirahat (spora, kista).
b. Komensalisme
Hubungan komensalisme antara dua
populasi terjadi apabila satu populasi diuntungkan tetapi populasi lain
tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
·
Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi
sistein. Sistein dapat
digunakan oleh Legionella pneumophila.
·
Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi
anaerobic Methanobacterium.
c. Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang
menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapatmelakukan perubahan
kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi
atau lebih dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme.
Sintropisme sangat penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses
pembersihan air secara alami.
Contoh sinergisme: Streptococcus faecalis dan Escherichia
coli
d. Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara
dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung dan sama-sama
mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis. Simbiosis
bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi
anggota simbiosis tidak dapat digantikan tempatnya oleh spesies lain yang
mirip. Contohnyaadalah Bakteri Rhizobium sp. yang hidup pada
bintil akar tanaman kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes(Lichens),
yang merupakan simbiosis antara algae sianobakteria dengan fungi. Algae (phycobiont)
sebagai produser yang dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan
senyawa organik. Senyawa organic dapat digunakan oleh fungi (mycobiont),
dan fungi memberikan bentuk perlindungan (selubung) dan transport
nutrien / mineral serta membentuk faktor tumbuh untukalgae.
e. Kompetisi
Hubungan negatif antara 2
populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa ini ditandai
dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2
populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam
keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoa Paramaecium
caudatumdengan Paramaecium aurelia.
f. Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar
spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan, pihak lain
diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk melindungi
diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa
asam, toksin, atau antibiotika. Contohnya adalah bakteri Acetobacter yang
mengubah etanol menjadi asam asetat. Thiobacillus thiooxidans menghasilkan
asam sulfat. Asam-asam tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang dapat menghambat populasi Nitrobacter.
g. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua
populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan
(host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan
bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari
inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun
metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya adalah
bakteri Bdellovibrio yang memparasit bakteri E.
coli. Jamur Trichoderma sp. memparasit jamur Agaricus sp.
h. Predasi
Hubungan predasi terjadi apabila
satu organisme predator memangsa atau memakan dan mencerna organisme lain (prey).
Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan prey, dan peristiwanya
berlangsung cepat. Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan bakteri
(prey). Protozoa Didinium nasutum (predator) dengan Paramaecium
caudatum (prey), dapat dilihat di gambar sebagai berikut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
· Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan
sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
· Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran
suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum.
· Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk
hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw (water activity)
atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan aw 0,90-0,999.
· Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan
air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan
mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding
sel akibat mengkerutnya sitoplasma.
· Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat
hidup pada pH tinggi (medium alkalin).
· Di alam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan
murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad lain. Antar
jasad dalam satu populasi atau antar populasi jasad yang satu dengan yang
lain saling berinteraksi
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoeseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Unipress:
Jakarta
Pratiwi dkk. 2004. Penuntun Biologi SMA untuk Kelas X.
Erlangga: Jakarta.
Tim Ganesha Operation. 2005. Instan Biologi SMA. Erlangga: Jakarta.
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi keenam. UGM
Press: Yogyakarta.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press: Malang.
Komentar
Posting Komentar