
TOTAL QUALITY MANAJEMEN
“ PENGUKURAN PERFORMANCE KUALITAS “

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1.
MASNA ABD FATTAH (201410191) 7.
GESTRIANI (201410119)
2.
MASNI ABD FATTAH (201410192) 8.
HERLINA (20141033)
3.
HERMAYANTI (201410136) 9. HERLIKA (201410344)
4.
DELVIANA (201410070) 10.
SRI DEVA (201410344)
5.
YUYUN DIAH PRATIWI (2014 10404) 11. SUFIRA (201310262)
6.
HASRIA (201410411) 12.HASRIA
(201410411)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YPP MUJAHIDDIN TOLITOLI
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
Jln.SAMRATULANGI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya bisa menyusun dan menyajikan Makalah
Persediaan, konservasi dan Deplisi ini yang berisi
tentang persedian sumber daya alam sebagai salah satu tugas kuliah. Tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan Makalah Persediaan, konservasi dan Deplisi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun
makalah-makalah atau tugas-tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon
maaf apabila dalam penulisan Sakalah Persediaan, konservasi
dan Deplisi ini terdapat kesalahan pengetikan dan kekeliruan
sehingga membingungkan pembaca dalam memahami maksud penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang......................................................... .......................... iii
B. Perumusan Masalah.................................................. .......................... iii
C. Tujuan Penulisan...................................................... .......................... iii
D. Metode
Penulisan..................................................... .......................... iii
E. Sistematika Penulisan............................................... .......................... iii
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengukuran kinerja performance kualitas1
B.
Tujuan dan Manfaat Pengukuran kinerja performance kualitas......... 1-2
C.
Prinsip Pengukuran kinerja performance
kualitas.............................. 2-3
D. Ukuran kinerja performance kualitas................................................. 3-4
E.
Sistem Pegukuran Kinerja.................................................................. 4-5
F.
Balanced Scorecard............................................................................ 5-7
G.
Empat Perspektif Balanced Scorecard............................................... 8-9
H.
Implementasi Balanced Scorecard...................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah pengukuran formance kualitas yang baik dapat membantu dalam proses pembuatan keputusan dam
memotivasi setiap individu dalam sebuah organisasi agar melakukan keseluruhan
konsep yang telah ditentukan. Sistem pengendalian manajemen adalah suatu proses
yang menjamin bahwa sumber-sumber diperoleh dan digunakan dengan efektif dan
efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, dengan kata lain
pengendalian manajemen dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa
sumber manusia, fisik dan teknologi dialokasikan agar mencapai tujuan
organisasi secara menyeluruh.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan
masalah yang akan di kaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud
dengan Pengukuran formance
kualitas ?
2. Apa tujuan dan
manfaat dari Pengukuran formance
kualitas ?
3. Bagaimanakah Kriteria Sistem Pengukuran formance
kualitas ?
C.
Tujuan Penulisan
Dengan adanya rumusan masalah diatas maka tujuan dari
makalah ini adalah:
1. Mengetahui penjelasan dari Pengukuran formance kualitas.
2. Mengetahui tujuan dan manfaat dari Pengukuran formance kualitas.
3. Mengetahui tentang Kriteria Sistem Pengukuran formance kualitas.
D. Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penulis
menggunakan metode literatur yaitu dengan mengkaji buku sebagai acuan yang sesuai
dengan pembahasan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengukuran kinerja performance kualitas
Pengukuran kinerja performance
kualitas adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk
dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. Proses pengukuran kinerja performance
kualitas seringkali membutuhkan penggunaan bukti statistik untuk menentukan tingkat kemajuan suatu organisasi dalam meraih tujuannya. Tujuan mendasar di balik dilakukannya
pengukuran adalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.
Pengukuran kinerja performance
kualitas juga merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan
didasarkan pada kelompok riteria kinerja kegiatan yang berupa riteria-indikator
masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.. Pengukuran kinerja performance
kualitas digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
dalam rangka mewujudkan visi dan misi.
Pengukuran
kinerja performance kualitas merupakan suatu alat manajemen yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja performance kualitas juga digunakan untuk
menilai pencapaian tujuan dan sasaran
Sedangkan menurut Junaedi “Pengukuran kinerja
performance kualitas merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian
pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang
ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun proses”. Artinya, setiap kegiatan perusahaan harus dapat diukur dan dinyatakan
keterkaitannya dengan pencapaian arah perusahaan di masa yang akan riter yang
dinyatakan dalam misi dan visi perusahaan.
Dari definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa riter pengukuran kinerja performance kualitas
adalah suatu riter yang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan non keuangan. Hasil
pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang
akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan
titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
B.
Tujuan dan Manfaat Pengukuran kinerja performance kualitas
Batasan tentang pengukuran
kinerja performance kualitas adalah sebagai usaha formal yang dilakukan oleh
organisasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan secara riteria
berdasarkan sasaran, riteriaan riteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan
pokok dari pengukuran kinerja performance kualitas adalah untuk memotivasi
karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya agar menghasilkan tindakan yang diinginkan
Secara umum
tujuan dilakukan pengukuran kinerja performance kualitas adalalah sebagai berikut :
Ø Meningkatkan motivasi karyawan dalam memberikan kontribusi kepada
organisasi.
Ø Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kinerja masing-masing
karyawan.
Ø Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan sebagai dasar
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan dan
pengembangan karyawan.
Ø Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan, seperti
produksi, transfer dan pemberhentian.
Pengukuran kinerja performance kualitas dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu
tahap persiapan dan tahap pengukuran. Tahap persiapan atas penentuan bagian
yang akan diukur, penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja, dan pengukuran
kinerja performance kualitas yang sesungguhnya. Sedangkan tahap pengukuran terdiri
atas pembanding kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan kinerja
yang diinginkan Pengukuran kinerja performance kualitas memerlukan alat ukur
yang tepat. Dasar filosofi yang dapat dipakai dalam merencanakan sistem
pengukuran prestasi harus disesuaikan dengan strategi perusahaan, tujuan dan
struktur organisasi perusahaan. Sistem pengukuran kinerja performance kualitas
yang efektif adalah sistem pengukuran yang dapat memudahkan manajemen untuk
melaksanakan proses pengendalian dan memberikan motivasi kepada manajemen untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya.
Manfaat sistem pengukuran kinerja performance kualitas adalah sebagai berikut ;
Ø Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggannya dan membuat seluruh personil
terlibat dalam upaya pemberi kepuasan kepada pelanggan.
Ø Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari
mata-rantai pelanggan dan pemasok internal.
Ø Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
Ø Membuat suatu tujuan strategi yang masanya masih kabur menjadi lebih
kongkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran perusahaan.
C. Prinsip Pengukuran kinerja performance kualitas
Dalam pengukuran
kinerja performance kualitas terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:
Ø Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
Ø Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat
dikelola karena darinya tidak ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
Ø Kerja yang tak diukur selayaknya diminimalisir atau
bahkan ditiadakan.
Ø Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan
untuk seluruh kerja yang diukur.
Ø Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan
akuntabilitas hasil alih-alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
Ø Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja
semacam apa yang diinginkan adalah cara manajer dan pengawas untuk membuat
penugasan kerja dari mereka menjadi operasional.
Ø Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus
dilakukan secara kerap.
Ø Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan
korektif yang segera dan tepat waktu.
Ø Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan
untuk manajemen kendali yang efektif.
D. Ukuran kinerja performance kualitas
Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
secara kuantitatif yaitu :
Ø Ukuran Kriteria Tunggal (Single Criterium).
Yaitu ukuran
kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajernya.
Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerjanya, orang akan cenderung
memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut sebagai akibat diabaikannya
kriteria yang lain yang kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses
atau tidaknya perusahaan atau bagiannya.
Sebagai contoh
manajer produksi diukur kinerjanya dari tercapainya target kuantitas produk
yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan akan mengabaikan
pertimbangan penting lainnya mengenai mutu, biaya, pemeliharaan equipment dan
sumber daya manusia.
Ø Ukuran Kriteria Beragam (Multiple Criterium)
Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam
ukuran dalam menilai kinerja manajernya. Kriteria ini merupakan cara untuk
mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja performance
kualitas. Berbagai aspek kinerja manajer dicari ukuran kriterianya sehingga
seorang manajer diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria. Tujuan penggunaan
kriteria ini adalah agar manajer
yang diukur kinerjanya mengerahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
Contohnya
manajer divisi suatu perusahaan diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria
antara lain profitabilitas, pangsa pasar, produktifitas, pengembangan karyawan,
tanggung jawab masyarakat, keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan
sasaran jangka panjang. Karena dalam ukuran kriteria beragan tidak
ditentukan bobot tiap-tiap kinerja untuk menentukan kinerja keseluruhan manajer
yang diukur kinerjanya, maka manajer akan cenderung mengarahkan usahanya,
perhatian, dan sumber daya perusahaannya kepada kegiatan yang menurut
persepsinya menjanjikan perbaikan yang terbesar kinerjanya secara keseluruhan.
Tanpa ada penentuan bobot resmi tiap aspek kinerja yang dinilai didalam menilai
kinerja menyeluruh manajer, akan
mendorong manajer yang diukur kinerjanya menggunakan
pertimbangan dan persepsinya masing-masing didalam memberikan bobot terhadap
beragan kriteria yang digunakan untuk menilai kinerjanya.
Ø Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criterium)
Yaitu ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam
ukuran memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya
sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajernya. Karena disadari bahwa beberapa
tujuan lebih panting bagi perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan
tujuan yang lain, beberapa perusahaan memberikan bobot angka tertentu kepada
beragan kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer,
setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing.
E. Sistem Pegukuran Kinerja
Untuk mengukur kinerja, dapat digunakan beberapa ukuran kinerja. Beberapa
ukuran kinerja yang meliputi; kuantitas kerja, kualitas kerja, pengetahuan
tentang pekerjaan, kemampuan mengemukakan pendapat, pengambilan keputusan,
perencanaan kerja dan daerah organisasi kerja. Ukuran prestasi yang lebih
disederhana terdapat tiga kreteria untuk mengukur kinerja, pertama; kuantitas
kerja, yaitu jumlah yang harus dikerjakan, kedua, kualitas kerja, yaitu mutu
yang dihasilkan, dan ketiga, ketepatan waktu, yaitu kesesuaiannya dengan waktu
yang telah ditetapkan.
Menurut Cascio kriteria sistem pengukuran kinerja performance
kualitas adalah sebagai berikut:
1. Relevan (relevance). Relevan mempunyai makna
(1) terdapat kaitan yang erat antara standar untuk pelerjaan tertentu dengan tujuan
organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan yang jelas antara elemen-elemen kritis
suatu pekerjaan yang telah diidentifikasi melalui analisis jabatan dengan
dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam form penilaian.
2. Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas
berarti adanya kemampuan sistem penilaian kinerja dalam membedakan pegawai yang
efektif dan pegawai yang tidak efektif.
3. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas dalam
konteks ini berarti konsistensi penilaian. Dengan kata lain sekalipun instrumen
tersebut digunakan oleh dua orang yang berbeda dalam menilai seorang pegawai,
hasil penilaiannya akan cenderung sama.
4. Akseptabilitas (acceptability). Akseptabilitas
berarti bahwa pengukuran kinerja performance kualitas yang dirancang dapat
diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
5. Praktis (practicality). Praktis berarti bahwa
instrumen penilaian yang disepakati mudah dimenegerti oleh pihak-pihak yang
terkait dalam proses penilaian tersebut.
Pendapat senada dikemukakan
oleh Noe et al , bahwa kriteria sistem pengukuran kinerja performance
kualitas yang efektif terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut:
1.
Mempunyai
Keterkaitan yang Strategis (strategic congruence). Suatu pengukuran
kinerja performance kualitas dikatakan mempunyai keterkaitan yang strategis
jika sistem pengukuran kinerja performance kualitasnya menggambarkan atau
berkaitan dengan tujuan-tujuan organisasi. Sebagai contoh, jika organisasi
tersebut menekankan pada pentingnya pelayanan pada pelanggan, maka pengukuran
kinerja performance kualitas yang digunakan harus mampu menilai seberapa jauh
pegawai melakukan pelayanan terhadap pelanggannya.
2.
Validitas (validity).
Suatu pengukuran kinerja performance kualitas dikatakan valid apabila hanya
mengukur dan menilai aspek-aspek yang relevan dengan kinerja yang diharapkan.
3.
Reliabilitas (reliability).
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi pengukuran kinerja performance
kualitas yang digunakan. Salah satu cara untuk menilai reliabilitas suatu pengukuran
kinerja performance kualitas adalah dengan membandingkan dua penilai yang
menilai kinerja seorang pegawai. Jika nilai dari kedua penilai tersebut
relatif sama, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.
4.
Akseptabilitas (acceptability).
Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja performance kualitas yang
dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya. Hal ini menjadi
suatu perhatian serius mengingat sekalipun suatu pengukuran kinerja performance
kualitas valid dan reliabel, akan tetapi cukup banyak menghabiskan waktu si
penilai, sehingga si penilai tidak nyaman menggunakannya.
5.
Spesifisitas (specificity). Spesifisitas adalah
batasan-batasan dimana pengukuran kinerja performance kualitas yang diharapkan
disampaikan kepada para pegawai sehingga para pegawai memahami apa yang
diharapkan dari mereka dan bagaimana cara untuk mencapai kinerja tersebut.
Spesifisitas berkaitan erat dengan tujuan strategis dan tujuan pengembangan
manajemen kinerja.
Dari pendapat Casio dan Noe et al, ternyata suatu instrumen penilaian kinerja harus didesain sedemikian rupa. Instrumen penilaian kinerja, berdasarkan konsep Casio dan Noe et al, terutama harus berkaitan dengan apa yang dikerjakan oleh pegawai. Mengingat jenis dan fungsi pegawai dalam suatu organisasi tidak sama, maka nampaknya, tidak ada instrumen yang sama untuk menilai seluruh pegawai dengan berbagai pekerjaan yang berbeda.
F. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan
Robert Kaplan tahun 1992, sebagai perkembangan dari konsep pengukuran
kinerja performance
kualitas (performance
measurement) yang mengukur perusahaan. Robert Kaplan mempertajam
konsep pengukuran kinerja performance kualitas dengan menentukan suatu
pendekatan efektif yang seimbang (balanced) dalam mengukur
kinerja strategi perusahaan. Pendekatan tersebut berdasarkan empat
perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan
pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat perspektif ini menawarkan suatu
keseimbangan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, hasil yang
diinginkan (Outcome) dan pemicu kinerja (performance drivers)
dari hasil tersebut, dantolok ukur yang keras dan lunak serta subjektif.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Balanced Scorecard, berikut ini
dikemukakan pengertian Balanced Scorecard menurut beberapa ahli, di antaranya:Amin Widjaja Tunggal, Balanced Scorecard juga menunjukkan bagaimana
perusahaan menyempurnakan prestasi keuangannya.”
Sedangkan Teuku Mirza,Tujuan dan pengukuran dalam Balanced Scorecard bukan
hanya penggabungan dari ukuran-ukuran keuangan dan non-keuangan yang ada,
melainkan merupakan hasil dari suatu proses atas bawah (top-down)
berdasarkan misi dan strategi dari suatu unit usaha, misi dan strategi tersebut
harus diterjemahkan dalam tujuan dan pengukuran yang lebih nyata”.
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau lebih
tepat dinamakan “Strategic based responsibility accounting system” yang
menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan
tolok ukur kinerja perusahaan tersebut. Konsep balanced scorecard berkembang
sejalan denganperkembangan implementasinya. Balanced scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced dan
scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang akan
digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan datang.
Sedangkan balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur kinerja
seseorang atau organisasi diukur secara berimbang dari dua perspektif yaitu
keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern
(Mulyadi, 2005).
Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk
memperbaiki sistem pengukuran kinerja performance kualitas eksekutif. Sebelum
tahun 1990-an eksekutif hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan, akibatnya
fokus perhatian dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja
keuangan dan kecendrungan mengabaikan kinerja non keuangan. Pada tahun 1990,
Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG, mensponsori
studi tentang “Mengukur Kinerja Organisasi Masa Depan”. Studi ini didorong oleh
kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh
semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai.
Balanced scorecard digunakan untuk menyeimbangkan
usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan nonkeuangan, serta
kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Hasil studi tersebut
menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan, diperlukan
ukuran yang komprehensif yang mencakup
empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses
bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan
balanced scorecard.
Balanced scorecard yang baik harus memenuhi beberapa
kriteria antara lain sebagai berikut :
a. Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang
dari masing – masing perspektif (outcomes) dan mekanisme untuk mencapai
tujuan tersebut (performance driver).
b. Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam
suatu hubungan sebab akibat (cause and effect relationship).
c. Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan
seperti peningkatan kualitas, pemenuhan kepuasan pelanggan, atau inovasi yang
dilakukan harus berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan.
Langkah-langkah balanced scorecard meliputi empat proses
manajemen baru. Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka
panjang dengan peristiwa jangka pendek. Keempat proses tersebut menurut (Kaplan
dan Norton, 1996) antara lain :
1. Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.
Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi perlu
dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang
akan diwujudkan oleh perusahaan di masa mendatang. Untuk mewujudkan kondisi
yang digambarkan dalam visi, perusahaan perlu merumuskan strategi. Tujuan
ini menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk mewujudkannya.
Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini kemudian dijabarkan ke dalam
sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.engkomunisasikan dan mengaitkan
berbagai tujuan dan ukuran strategis balanced scorecard.
2. Dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan kepada tiap
karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi
keinginan para pemegang saham dan konsumen. Hal ini bertujuan untuk mencapai
kinerja karyawan yang baik.Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan
berbagai inisiatif rencana bisnis.
3. Memungkinkan organisasi mengintergrasikan antara
rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Balanced scorecard sebagai dasar
untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk
diprioritaskan, akan menggerakan kearah tujuan jangka panjang perusahaan secara
menyeluruh.Meningkatkan Umpan Balik dan pembelajaran strategis
4. Proses keempat ini akan memberikan strategis learning
kepada perusahaan. Dengan balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan,
maka perusahaan melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan
perusahaan dalam jangka pendek.
G. Empat Perspektif Balanced Scorecard
Balanced scorecard adalah konsep yang mengukur kinerja suatu organisasi
dari empat perspektif, yaitu perspektif finansial, perspektif customer,
perspektif proses bisnis internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Konsep balanced scorecard ini pada dasarnya merupakan penerjemahaan strategi
dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan dalam jangka panjang, yang
kemudian diukur dan dimonitoring secara berkelanjutan .
Menurut Kaplan dan Norton (1996), balanced scorecrad memiliki empat
perspektif, antara lain :
1. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)
Balanced scorecard menggunakan tolok ukur kinerja keuangan, seperti laba
bersih dan ROI (Return On Investment), karena tolok ukur tersebut secara umum
digunakan dalam organisasi yang mencari keuntungan atau provit. Tolok ukur
keuangan memberikan bahasa umum untuk menganalisis perusahaan. Orang-orang yang
menyediakan dana untuk perusahaan, seperti lembaga keuangan dan pemegang saham,
sangat mengandalkan tolok ukur kinerja keuangan dalam memutuskan hal yang
berhubungan dengan dana.
Tolok ukur keuangan yang di design dengan baik dapat memberikan gambaran
yang akurat untuk keberhasilan suatu organisasi. Tolok ukur keuangan adalah
penting, akan tetapi tidak cukup untuk mengarahkan kinerja dalam menciptakan
nilai (value). Tolok ukur non keuangan juga tidak memadai untuk menyatakan
angka paling bawah (bottom line). Balanced scorecard mencari suatu keseimbangan
dan tolok ukur kinerja yang multiple-baik keuangan maupun non keuangan untuk
mengarahkan kinerja organisasional terhadap keberhasilan.
2. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)
Perspektif Pelanggan berfokus pada bagaimana organsasi memperhatikan
bagaimana pelanggannya agar berhasil. Mengetahui palanggan dan harapan mereka
tidaklah cukup, suatu organisasi juga harus memberikan insentif kepada manajer
dan karyawan yang dapat memenuhi harapan pelanggan. Bill Mariot mengatakan
“Take care of you employee and they take care of your customer”. Perhatikan
karyawan anda dan mereka akan memperhatikan pelanggan anda. Perusahaan
antara lain menggunakan tolok ukur kinerja berikut, pada waktu
mempertimbangkan perspektif pelanggan yaitu :
Ø Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
Ø Retensi pelanggan (customer retention)
Ø Pangsa pasar (market share)
Ø Pelanggan yang profitable
3. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process Perspective)
Terdapat
hubungan sebab akibat antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan
perspektif bisnis internal dan proses produksi. Karyawan yang melakukan
pekerjaan merupakan sumber ide baru yang terbaik untuk proses usaha yang lebih
baik. Hubungan pemasok adalah kritikal untuk keberhasilan, khususnya dalam
usaha eceran dan perakitan manufacturing.
Perusahaan tergantung pemasok mengirimkan barang dan jasa tepat pada
waktunya, dengan harga yang rendah dan dengan mutu yang tinggi. Perusahaan
dapat berhenti berproduksi apabila terjadi problema dengan
pemasok. Pelanggan menilai barang dan jasa yang diterima dapat diandalkan
dan tepat pada waktunya. Pemasok dapat memuaskan pelanggan apabila mereka
memegang jumlah persediaan yang banyak untuk meyakinkan pelanggan bahwa barang
–barang yang diminati tersedia ditangan.
Akan tetapi biaya penanganan dan penyimpanan persediaan menjadi tinggi, dan
kemungkinan mengalami keusangan persediaan. Untuk menghindari persediaan yang
berlebihan, alternatif yang mungkin adalah membuat pemasok mengurangi
throughput time. Throughput time adalah total waktu dari waktu pesanan diterima
oleh perusahaan sampai dengan pelanggan menerima produk. Memperpendek
throughput time dapat berguna apabila pelanggan menginginkan barang dan jasa
segera mungkin.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Untuk tujuan insentif, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berfokus
pada kemampuan manusia. Manajer bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan
karyawan. Tolok ukur konci untuk menilai kinerja manajer adalah kepuasan
karyawan, retensi karyawan, dan produktivitas karyawan. Kepuasan karyawan
mengakui bahwa moral karyawan adalah penting untuk memperbaiki produktivitas,
mutu, kepuasan pelanggan, dan ketanggapan terhadap situasi. Manajer dapat
mengukur kepuasan dengan mengirim survei, mewawancara karyawan, mengamati
karyawan pada saat bekerja.
Kepuasan karyawan mengakui bahwa karyawan yang mengembangkan modal
intelektual khusus organisasi adalah merupakan aktiva non keuangan yang
bernilai bagi perusahaan. Lagi pula adalah sangat mahal menemukan dan menerima
orang yang berbakat untuk menggantikan orang yang meninggalkan perusahaan.
Perputaran karyawan diukur dengan persentase orang yang keluar setiap tahun,
hal ini merupakan tolok ukur umum untuk retensi.
Produktivitas
karyawan mengakui pentingnya pengeluaran setiap karyawan, pengeluaran dapat
diukur dalam arti tolok ukur fisik seperti halaman yang diproduksi, atau dalam
tolok ukur keuangan seperti pendapatan setiap karyawan, laba setiap
karyawan. Suatu sitem insentif yang baik akan mendorong manajer
meningkatkan kepuasan karyawan yang tinggi, perputaran karyawan yang rendah dan
produktivitas karyawan yang tinggi.
H. Implementasi Balanced Scorecard
Organisasi
sangat membutuhkan untuk menerapkan balanced scorecard sebagai satu set ukuran
kinerja yang multi dimensi. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk mengukur semua
bidang kinerja yang penting bagi keberhasilan organisasi. Pendekatan yang
paling luas dikenal sebagai pengukuran kinerja performance kualitas. Balanced
scorecard sekarang banyak digunakan sebagai pengembangan strategi dan sebagai alat
eksekusi yang dikembangkan dalam lingkungan operasional.
Balanced scorecard menerjemahkan visi dan misi serta strategi perusahaan ke
dalam seperangkat ukuran kinerja yang dimengerti (indikator), sehingga strategi
dapat dipahami, dikomunikasikan dan diukur, dengan demikian berfungsi untuk
semua kegiatan. Selain itu, indikator memungkinkan pemantauan tingkat akurasi
pelaksanaan strategi (Kaplan dan Norton, 1996). Balanced scorecard telah
banyak diterapkan sebagai alat ukur kinerja baik dalam bisnis manufaktur dan
jasa. Penerapannya adalah dengan berfokus pada keempat perspektif Balanced
scorecard.
Pembahasan mengenai pengukuran kinerja performance kualitas
dengan menggunakan balanced scorecard lebih sering dilakukan dalam
konteks penerapannya pada perusahaan atau organisasi yang bertujuan
mencari laba (Profit-seeking Organisations). Jarang sekali ada
pembahasan mengenai penerapan balanced scorecard pada organisasi nirlaba (not-for profit organisations) atau organisasi dengan karakteristik khusus seperti koperasi yang
ditandai relational contracting, yakni saat owner dan consumer adalah orang
yang sama, serta dimana mutual benefit anggota menjadi prioritasnya yang utama
(Merchant, 1998). Pada organisasi-organisasi semacam ini keberhasilan
haruslah lebih didasarkan pada kesuksesan pencapaian misi secara luas daripada
sekedar perolehan keuntungan.
Pengukuran aspek keuangan ternyata tidak mampu menangkap
aktivitas-aktivitas yang menciptakan nilai (value-creating activities)
dari aktiva-aktiva tidak berwujud seperti :
Ø Keterampilan, kompetensi, dan motivasi para pegawai
Ø Database dan teknologi informasi
Ø Proses operasi yang efisien dan responsif
Ø Inovasi dalam produk dan jasa
Ø Hubungan dan kesetiaan pelanggan, serta
Ø Adanya dukungan politis, peraturan perundang-undangan,
dan dari masyarakat
Dengan Balanced scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur
bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced
scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam
pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi kebaikan kinerja di
masa depan. Melalui metode yang sama dapat di nilai pula apa yang telah dibina
dalam intangible assets seperti merk dan loyalitas pelanggan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
· Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Kinerja juga dapat
digambarkan sebagai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi perusahaan yang tertuang dalam perumusan
strategi planning suatu perusahaan.
· Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan
parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi,
dan akusisi yang dilakukan.
· Menurut Cascio, kriteria sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
a. Relevan (relevance)
b. Sensitivitas (sensitivity)
c. Rebilitas (reliability)
d. Akseptabilitas (acceptability)
e. Praktis (practicality)
Komentar
Posting Komentar